Senin, 28 November 2011

busana pengantin

Busana Muslim dengan Sentuhan Alam


Kembali ke alam atau back to nature memang tak terbendung. Busana muslim tak mau ketinggalan ikut mengambil peran penting dalam gerakan ini. Setidaknya ini tecermin dari peragaan busana muslim yang ikut menyemarakkan Jakarta Fashion & Food Festival 2009 yang berlangsung pekan lalu di Kelapa Gading, Jakarta.
Menurut Taruna K. Kusmayadi, Ketua Umum Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI), para perancang yang tergabung di lembaganya memiliki kesadaran akan hal tersebut yang idealismenya demi keberlangsungan bumi.
busana muslimti 211x300 Busana Muslim dengan Sentuhan AlamPerancang yang biasa disapa Nuna ini mengatakan di dunia mode dalam situasi resesi global seperti sekarang pilihan serta sikap bijaksana melalui konsep kembali ke alam.
“Konsepnya dalam arti luas tak hanya penggunaan bahan, tapi ide, inspirasi dan sebagainya yang terserap dalam bahan lokal menjadi sumbangan penting pada situasi sekarang,” katanya dengan bijak.
Ade Listiany, perancang asal Sumatera Barat yang menyajikan Entourage, mengaku terilhami dari baju Yunani yang menurutnya memiliki kedekatan dengan alam raya. Dia memakai sulaman bayangan, tusuk penit, serta sulaman kait yang menyemburatkan pernik alam raya yang terbentang luas.
Enchanting Beauty of Dayak atau eksplorasi eksotika budaya daerah pedalaman Kalimantan Timur dengan suku Dayak adalah karya baru Toera Imara. Pria berbadan gempal yang menjadi perancang kebanggaan Kota Kembang ini menyajikan eksotika hutan dan pedalaman Dayak, Kalimantan, dalam gaya busana muslim berkomposisi lebar, bertumpuk melayang transparan, dan tipis.
Untuk memberikan aksen mewah, ia menyelipkan teknik jahit kerut yang disusun melengkung di reka di atas kain tebal dan tipis. “Saya memilih warna hitam, cokelat yang kental dengan warna hutan di atas kain sutra tenun khas Kalimantan, katun lokal, dan chiffon silk,” ujar Toera.
Adapun desainer Merry Pramono menampilkan Cahaya Tenun Mataram yang terilhami gaya busana tradisional Nusa Tenggara Barat yang biasa dipakai oleh para wanita daerah di Mataram untuk acara-acara resmi seperti pesta pernikahan atau acara adat.
Di tangan perancang senior ini, tenun NTB dan NTT yang seratnya tebal dijadikan busana muslim dengan aplikasi twist. “Gaya kembali ke alam menyeruak dari keindahan tenun yang memang sangat go green,” Merry mengaskan.
Keindahan Pulau Dewata Bali dan kejayaan Bangsa Yunani adalah perpaduan yang dituangkan Nuniek Mawardi dalam tema Omorfaprada yang berarti cantik. Nuniek menuangkan konsep kembali ke alam berupa kemegahan bentuk arsitektur bangunan kukuh ala Yunani dan panorama cantik nan elok alam Bali. Aneka busana bergaya terstruktur penuh sentuhan arsitektural.
Nuniek menyajikan balutan busana draperi seperti chiton yang terbuat dari semacam bahan linen, peplos yang merupakan bahan tebal serupa wool. Gaya chlamys atau jubah wool, lalu bentuk pleats dan ploi yang dihasilkan dari teknik draperi dengan komposisi rancangan yang menghasilkan pola repetisi baru yang menawan. Kesan alami disuguhkan melalui paduan kain tenun bernuansa Bali yang dikerjakan dengan teknik Tuban.
Dia juga menambahkan bordir emas yang mengingatkan pada perada Bali yang makin memperkuat citra eksotismenya berupa permainan sulaman tangan yang membangkitkan memori kuat akan nuansa keindahan alamnya.
Perancang Defrico Audy ikut ambil bagian dalam seruan kembali ke alam. Menyuguhkan tema East Opulance yang terinspirasi dari gaya hidup bangsawan timur tengah yang glamor namun tetap islami.
Dia menyuguhkan busana pengantin muslim yang kaya detail dan dgy. Dia pun menyajikan gaya empire, kulot, plascut kaftan, dan loose dengan warna yang menyemburatkan kedamaian alam seperti warna putih, offwhite, dan champagne. Alam raya sungguh eksotis.
Sumber : TEMPO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar